makalah prestasi bani umayyah
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
- RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
- KHALIFAH BANI UMAYYAH
- PRESTASI-PRESTASI BANI UMAYYAH
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah Bani Umayyah mengalami
banyak distorsi yang dilakukan oleh pemerintahan Bani Abbas, musuh politik Bani
Umayyah, dimana sejarah Islam mulai ditulis sejak masa pemerintahan mereka.
Distorsi ini juga dilakukan oleh kalangan Syiah dan Khawarij, musuh tradisional
mereka. Juga dari kalangan awam yang yang menceritakan sejarah melalui cara
oral. Sehingga pemerintah Bani Umayyah harus mengalami banyak tuduhan dan
tudingan dalam berbagai bentuknya.
Hal tersebut mengakibatkan literatur
sejarah lebih banyak memfokuskan pandangannya pada kelemahan sisi manusiawi
diantara pimpinan mereka. Pandangan negatif tentang Utsman bin Affan, Abu
Sufyan, dan Muawiyyah lebih banyak terekspos dibanding jasa-jasanya. Tragedi
yang terjadi pada masa itupun lebih ditonjolkan, seperti tragedi meninggalnya
Husein di Karbala dan peristiwa Hurah dihalalkannya kehormatan Madinah
Al-Munawwaroh.
Disisi yang lain Nabi Muhammad
SAW telah bersabda: “Manusia terbaik
adalah manusia yang berada pada masaku, kemudian generasi setelah mereka, lalu
generasi setelah mereka” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Bin Majah dan Ahmad bin
Hanbal). Sedangkan masa Bani Umayyah memimpin adalah masa yang sangat dekat
dengan masa Khulafaur Rasyidin.
Maka dari paparan di atas, perlu
kiranya penulis menggambarkan perihal
kebijakan dan prestasi yang telah dicapai selama kekuasaan Bani Umayah secara objektif.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis kemudian merumuskan masalah sebagai
berikut:
- Apa saja kebijakan-kebijakan penting yang diambil para Khalifah Bani Umayah?
- Apa saja prestasi-prestasi yang dicapai di masa Daulah Bani Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEKILAS BANI
UMAYYAH
Nama ”Bani Umayah” berasal dari nama ” Umayah bin Abdi Syam bin Abdi Manaf”,
yaitu salah seorang dari pemimpin Qurays di zaman Jahiliyah. Bani Umayah merupakan keturunan Umayah, yang masih memiliki ikatan famili
dengan para pendahulu Nabi. Naiknya bani Umayah ke puncak kekuasaan, dimulai
oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan, salah seorang keturunan bani umayah dan salah
seorang sahabat Nabi, dan ia menjadi bagian penting dalam setiap masa
pemerintahan para khulafaur-rasyidun.
Awal pendirian Daulah ini berawal
dari masalah tahkim yang menyebabkan perpecahan di kalangan pengikut Ali, yang
berakhir dengan kematiannya. Sepeninggal Ali itu sebenarnya masyarakat secara
beramai-ramai membaiat Hasan, putra Ali, menjadi khalifah. Tetapi Hasan kurang
berminat untuk menjadi khalifah. Karena itu setelah Hasan berkuasa beberapa
bulan, dan Mu’awiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan
dengan memberikan beberapa persyaratan, dengan rela jabatan itu dilimpahkan
kepada Mu’awiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah amul jama’ah,
atau tahun persatuan umat islam.
Peristiwa Amul Jama’ah yang terjadi
pada tanggal 25 Rabiul Awwal 41 H/661 M, menjadi hitungan awal berdirinya
Daulah Bani Umayyah. Sedangkan akhir Daulah ini ditandai dengan kekalahan
khalifah Marwan bin Muhammad di Perang Zab pada bulan Jumadil Ula tahun 132
H/749 M.
Dengan demikian, Daulah Bani Umayyah
ini berlangsung selama 91 tahun. Pemerintah ini dikuasai oleh dua keluarga dan
diperintah oleh 14 orang Khalifah. Dua keluarga tersebut adalah keluarga Abu
Sufyan dan keluarga Bani Marwan.
PARA KHALIFAH DINASTI UMAYAH
NO
|
NAMA
|
MASA BERKUASA
|
1
|
Mu’awiyah I bin Abi Sufyan
|
41 -60 H/661-679 M
|
2
|
Yazid I bin Mu’awiyah
|
60-64 H/679-683 M
|
3
|
Mua’wiyah II bin Yazid
|
64 H/683 M
|
4
|
Marwan I bin Hakam
|
64-65 H/683-684 M
|
5
|
Abdul
Malik bin Marwan
|
65-86 H/684-705 M
|
6
|
Al-Walid I bin Abdul Malik
|
86-96 H/705-714 M
|
7
|
Sulaiman
bin Abdul Malik
|
96-99 H/714-717 M
|
8
|
Umar bin
Abdul Aziz
|
99-101 H/717-719 M
|
9
|
Yazid II bin Abdul Malik
|
101-105 H/719-723 M
|
10
|
Hisyam bin
Abdul Malik
|
105-125 H/723-742 M
|
11
|
Al-Walid II bin Yazid II
|
125-126 H/742-743 M
|
12
|
Yazid II bin Walid
|
126 H/743 M
|
13
|
Ibrahim bin Al-Walid
II
|
126-127 H/743-744 M
|
14
|
Marwan II bin Muhammad
|
127-132 H/744-750 M
|
Menurut Ahmad Amin dalam bukunya Fajr
Islam, menjelaskan bahwa kemapanan peradaban Bani Umayyah hanya terjadi
Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan dan Umar bin Abd al-Aziz. Namun
demikian menurut Ahmad Amin, secara umum peradaban Islam pada masa dinasti ini
berkuasa telah sampai pada puncaknya, dibandingkan peradaban pada masa-masa
sebelumnya.
B. PRESTASI-PRESTASI BANI UMAYYAH
Terdapat banyak kebijakan yang
diambil para khalifah Bani Umayyah. Dalam pemerintahan yang ditempuh selama 90
tahun ini banyak kebijakan diambil dan memberi pengaruh besar terhadap dinamika
kehidupan islam selanjutnya. Diantara kebijakan-kebijakan dan prestasi-prestasi
penting pada masa daulah ini berkuasa adalah sebagai berikut:
1. Memindah ibu
kota dari Madinah ke Damaskus (Syiria)
Setelah Muawwiyah menjadi khalifah, ia mulai menata pemerintahannya. kebijakan ini dilakukan untuk
mengantisipasi tindakan-tindakan yang timbul dari reaaksi pembentukan
kekuasaannya. khususnya dari kelompok yang tidak menyukainya. Langkah awal yang
diambilnya adalah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus.
Hal ini dapat dimaklumi, karena jika
dianalisa setidaknya ada 2 faktor yang menyebabkan Muawwiyah mengambil langkah ini,
yaitu karena di Madinah sebagai pusat pemerintahan khulafaurrasyidin
sebelumnya, masih terdapat sisa-sisa kelompok yang antipati terhadapnya. Ini
akan mengganggu stabilitas kekuatannya, selain itu di Madinah dia kurang
memiliki pengikut yang kuat di fanatik, sedang di Damaskus pengaruhnya telah
menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat.
2. Merubah Sistem
Pemerintahan Menjadi Monarki Absolut
Pada masa-masa
Awal Mu’awiyah menjadi penguasa kekuasaan masih berjalan secara demokratis,
tetapi setelah berjalan dalam beberapa waktu, Mu’awiyah mengubah model
pemerintahnya dengan model pemerintahan monarchiheredetis (kerajaan
turun temurun).
Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi
oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap
digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari
kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa
yang diangkat oleh Allah padahal
tidak ada satu dalil pun dari al-Qur'an dan Hadits Nabi yang mendukung
pendapatnya.
Perubahan model
dan pola pemerintahan tersebut menunjukkan bahwa Mu’awiyah telah memulai mengubah paradigma pemerintahan dari yang demokratis (di zaman
itu) menjadi dinastian, yang menempatkan kekuasaan sebagai sesuatu yang mutlak
dipegang oleh keluarga besar Mu’awiyah. Ia telah mulai melakukan revolusi
suksesi kekuasaan dengan logika yang belum pernah dilakukan oleh para khalifah
sebelumnya. Abu Bakar terpilih dengan cara aklamasi, Umar, Ustman dan Ali juga
demikian adanya.
Keempat
Khalifah tersebut bukan atas dasar dinastian. Sejak Abu Bakar sampai Ali,
suksesi kepemimpinan dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk menentukan posisi puncak sebagai
khalifah. Pada masa khalifah ar-rasyidun tradisi musyawarah benar-benar
dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an.
Menurut Taqiyuddin Bin Taimiyah, bagi seorang waliyul amri, syura merupakan
sesuatu yang tidak bisa dinafikan, karena Allah telah memerintahkan kepada Nabi
untuk selalu bermusyawarah.
Namun demikian,
pada masa Dinasti Umayyah suksesi pemerintahan tidak lagi menempatkan tradisi
musyawarah sebagai bagian integral dalam proses suksesi kepemimpinan. Mu’awiyah
telah mengubah pola suksesi kekhalifahan
dengan logika turun temurun, yang dimulai ketika Mu’awiyah mewajibkan kepada seluruh rakyatnya untuk menyatakan
kesetiaan kepada Yazid, putera Mu’awiyah.
Perintah ini
tentu saja memberikan sinyal awal bahwa kesetiaan
terhadap Yazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem pemerintahan yang
turun temurun telah coba dibangun oleh Mu’awiyah. Tidak ada lagi suksesi
kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah (syuro) dalam menentukan seorang
pemimpin baru. Mu’awiyah telah merubah model kekuasaan dengan model kerajaan
yang membenarkan regerisasi kekuasaan dengan cara memberikan kepada putera
mahkota. Orang-orang yang berada di luar garis keturunan Mu’awiyah, secara
substansial tidak memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk memimpin
pemerintah Umat Islam, karena system dinasti hanya membenarkan satu kebenaran
bahwa suksesi hanya bisa diberikan kepada keturunan dalam dinasti tersebut.
Perubahan
konsep suksesi kepemimpinan yang dilakukan oleh Mua’wiyah telah melahirkan
penolakan yang kuat dari kubu-kubu yang tidak searah dengan kubu Mu’awiyah.
Deklarasi pergantian kekuasaan kepada Yazid oleh Mu’awiyah, selain telah
menyalahi kebiasaan kekuasaan para penguasa Arab, tetapi telah melahirkan
kekecewaan dari musuh-musuh politik Mu’awiyah, sehingga menyebabkan munculnya
gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat dan seringkali melahirkan konflik
perang antar saudara, Husein bin Ali
di Kufah tahun 680 M, Mukhtar di
Kufah tahun 685 M, dan Abdullah bin Zubair di Makkah tahun 692 M. Khalifah Yazid melakukan
perlawanan keras dengan pemberontak. Hal ini kemudian melahirkan
tragedi-tragedi seperti tragedi meninggalnya Husein di Karbala, peristiwa Hurah
dihalalkannya kehormatan Madinah Al-Munawwaroh dan diserangnya Ka’bah dengan
Manjaniq.
3. Penguatan
Militer dan Kebijakan Ekspansi
Pada masa Bani Umayyah organisasi
militer terdiri dari Angkatan Darat (al-Jund), Angkatan Laut
(al-Bahriyah), dan Angkatan Kepolisisan (asy- Syurthah). Berbeda
dengan masa Usman, yang bala tentara atasa dasar kesadaran sendiri, pada masa
ini ada tekanan penguasa. Bahkan pada masa Abdul Malik bin Marwan diberlakukan
Undang-Undang Wajib Militer (Nidzom at-Tajdid Al-Ijbari). Pada waktu itu
aktifitas bala tentara diperlengkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah.
Penguatan militer yang dilakukan
oleh para khalifah Bani Umayyah itu tidak lain dikarenakan kebijakan
ekspasionis, yaitu kebijakan perluasan wilayah kerajaan. Pada masa Muawiyah bin
Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia,
kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke
sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus
dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin
Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan
Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan
sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke
Maltan.
Ekspansi ke
barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa
pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat
Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang
lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara
menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah
Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam,
dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib)
dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan
demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol,
Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain
seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru
setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah
karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat
kekejaman penguasa.
Di zaman
Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan Pirenia.
Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan
menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun,
dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan
tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas,
pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan
Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan
keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah
kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah
itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak,
sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
Disamping perluasan wilayah yang dilakukan,
militer juga difungsikan oleh muawwiyah untuk menjadi tentara pelindung raja
(Hijaban). Kebijakan ini dilakukan muawwiyah berkaca dari sejarah, agar
terbunuhnya khalifah oleh para pemberontak tidak terulang sebagaimana 3
khulafaurrasyidin sebelumnya.
4.
Penataan Administrasi Negara
Saat Muawiyah menjabat kekhalifahan
diantara langkah strategis yang dilakukan adalah peningkatan pengelolaan
administrasi negara. Apa yang dilakukan Muawiyah tersebut kemudian terus
disempurnakan oleh khalifah-khalifah setelahnya. Hal-hal tersebut meliputi:
a. Merancang Pola Pengiriman Surat (Post). Mu’awiyah yang
mengawali kebijakan ini kemudian dimatangkan
lagi pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata
dengan baik, sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.
b. Meresmikan Lambang
Kerajaan. Sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin tidak pernah membuat lambang Negara
baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya.
Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
c. Membentuk Lembaga Pemerintahan, yaitu:
1) An-Nizam
al-Siyasi : lembaga politik
2) An-Nizam
al-Mali : lembaga keuangan
3) An-Nizam
al-Idari : lembaga tata usaha negara
4) An-Nizam
al-Qada’i : lembaga kehakiman
5) An-Nizam
al-Harbi : lembaga ketentaraan
6) Diwan
al-Kitabah : lembaga sekretaris negara
d. Membentuk semacam Dewan Sekretaris Negara (Diwan
al-Kitabah) untuk untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan,
meliputi:
1)
Katib al-Rasail : sekretaris administrasi
2)
Katib al-Kharraj : sekretaris keuangan
3)
Katib al-Jundi : sekretaris tentara
4)
Katib as-Syurthah : sekretaris kepolisian
5)
Katib al-Qadhi : sekretaris kehakiman
5.
Kemajuan di Bidang Arsitektur
Bani Umayyah mencatat suatu
pencapaian yang gemilang di bidang seni, terutama seni bangunan (Arsitektur). Teknik
arsitektur merupakan hal yang sangat diperhatikan pada masa ini diantaranya
karena pengaruh dari Byzantium. Diantara bangunan penting yang dibangun dengan
teknik arsitektu tinggi yaitu:
- Masjid Damaskus
Masjid ini awalnya adalah Gereja st. John berasal dari sebuah kuil Romawi, dikelilingi tembok
dirombak pada jaman Kristen. Kemudian al-Walid (705-15) mengambil alih dan
menjadikannya masjid, hingga sekarang terkenal dengan nama masjid Agung
Damaskus. Tembok
keliling dirombak sehingga terbentuk pola Hypostyle
yaitu berupa sebuah sahn yaitu
halaman dalam berbentuk segi empat dikelilingi oleh bagian bangunan beratap.
Sisi terpanjang sekitar 150 M, tegal lurus sumbu arah kiblat, sisi terpendeknya
sekitar 95 M berimpit dengan arah kiblat. Luas masjid sekitar 14.250 M2 ,
denga bentuk denah tersebut, susunan jamaah dalam bersembahyang, melebar ke arah kiblat. Konstruksi, bentuk dan
ornament-ornamen bagian depan sangat jelas mendapat pengaruh arsitektur Romawi.
- Masjid Agung di Kufah (Irak)
Tercatat Ziyad bin Abih, salah seorang gubernur dari pemerintahan Umayyah, masjid
direnovasi dan perluas dengan ruang-ruang beratap datar disangga oleh
kolom-kolom batu. Menurut Tabari (838-923) seorang sejarawan dan teolog,
penentuan luas masjid dengan cara memerintahkan seseorang untuk melempar tombak
ke empat arah mata angin, yang diarah kiblat (selatan) kemudian ditempatkan
dinding kiblat, dengan cara ini ternyata dinding dan lajur kolom-kolom tepat ke arah kiblat. Denah masjid Kufa, berpola hypostyle seperti
masjid Nabi. Di tengah terdapat halaman dalam atau sering disebut sahn atau zulla, dikelilingi oleh riwaq,
haram atau ruang sembahyang yang utama. Selain dinding luar yang sangat
tebal, di dalam tidak ada dinding. Denah terbentuk oleh dinding keliling tebal
ini, hamper bujur sangkar, panjang masing-masing dinding sisi tidak banyak
berbeda, lebih kurang 125 M. selain merenovasi Masjid agung, Ziyad bin abih
pada waktu bersamaan juga membangun istana, berfungsi selain sebagai tempat
tinggal juga menjadi tempat administrasi
pemerintahan. Bangunan sejenis ini kemudian disebut dar al-Imara, yang artinya rumah gubernur. Istana menempel dengan
masjid, sebagian dinding utara istana, menjadi satu dengan dinding selatan
masjid. Konon hal ini agar gubernur atau khalifah dapat masuk ke masjid tanpa
melalui jamaah lainnya.
- Kubah Batu Karang (dome of the rock)
Abul Malik penguasa V (685-705)
salah seorang pemimpin terkuat dari Dinasti Umayyah mempunyai perhatian besar
pada Jerussalem. Dia membangun Kubah Batu (dome of the rock atau qubat al
saka)di Jerussalem, higga saat ini menjadi salah satu monumen Islam terbesar.
Kubah Batu karang terletak di atas buki karang dari Gunung Moriah dibangun
antara tahun 687-692. Gunung Moriah diidentifikasikan sebagai tempat Nabi
Ibrahim akan mengorbankan putranya Nabi Ismail untuk dipersembahkan
kepada Allah kemudia dihentikan oleh malaikat.
6. Gerakan Penerjemahan dan Arabisasi
Selain itu,
gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi buku), juga dilakukan,
terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia memerintahkan
penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter dari
iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke dalam
bahasa Arab. Demikian pula, Khalifah memerintahkan menerjemahkan buku dongeng
dalam bahasa sansakerta yang dikenal dengan Kalilah wa Dimnah, karya
Bidpai. Buku ini diterjemahkan oleh Abdullah bin Al-Muqaffa. Ia juga telah
banyak menerjemahkan banyak buku lain, seperti filsafat dan logika, termasuk
karya Aristoteles :Categoris, Hermeneutica, Analityca Posterior serta
karya Porphyrius :Isagoge
Gerakan
Arabisasi juga bukan hanya dilakukan pada penerjamahan, tetapi juga dalam
konteks kebijakan pemerintahan. Pada masa Abd. Malik (685-705 M) mulai
diperkenalkan bahasa Arab untuk tujuan-tujuan administrasi, mata uang gaya baru
dipetkenalkan, dan hal ini memiliki arti yang sangat penting, karena mata uang
merupakan symbol kekuasaan dan identitas. Sebab, mata uang baru inipun dicetak
dengan menggunakan kata-kata semata, memproklmasikan dengan bahasa Arab keesaan
Tuhan dan kebenaran agama Islam.
Proses Arabisasi semakin komplit
dengan adanya pertumbuhan kaligrafi pada masa
tersebut. Ia adalah Qutbah Al Muharrir, kaligrafi umayyah pertama yang paling
lama bertahan dengan kecakapan luar biasa. Qutbah punya nama terhormat dalam
banyak literature Arab, karena berhasil mewariskan 4 jenis kaligrafi penting,
yaitu Thumar, Jalil, Nishf, dan Tsuluts.. Dia juga dikenal menulis
sejarah dan bunga rampai Arab dan sangat masyhur terutama karena menghias
miharab Masjid Nabawi dengan beragam ayat Al Qur’an yang ditulis dengan fan
Jalil yang indah.
Selain
Qutbah, para kaligrafer kenamaan lainnya adlah Khalid bin Al Hayyaj, Khasynam dan Malik bin Katsir. Khalid bin Hayyaj sangat terkenal sebagai
kaligrafer resmi Khalifah Al Walid bin Abdil Malik yang telah menulis banyak
mushaf Al Qur’an berukuran besar dengan fan Thumar dan Jalil.
7.
Kemajuan Pengetahuan dan Sastra
Para penguasa Bani Umayyah yang
sangat berorientasi keakraban itu sangat mendorong kenyatan baru yang meupakan
fenomena kebangkitan sastra dan pemikiran, khususnya yang berhubungan dengan
syair-syair jahiliah dan adat istiadat arab pra-islam itu. dalam hal ini,
penguasa Bani Umayyah ingin menciptakan Kufah dan Bashrah sebagai alternatif
bagi Mekkah dan Madinah di masa jahiliah dalam lapangan sastra dan adat
istiadat.
Dengan dukungan dari penguasa itu,
pada masa pemerintahan abd al-Malik bin Marwan, Kufah dan Basrah berkembang
menjadi kota-kota ilmu pengetahuan. perkembangan lebih lanjut adalah hdirnya
orang-orang muslim dari negeri tetangga, seperti persia, syiria dan kota-kota
irak lainnya, disamping untuk menuntut ilmuy juga untuk mencari kebeuntungan di
sua kota yang sedang berkembang itu, baik lapangan perdagangan maupun lapangan
industri. oleh karena itu, dua kota ini menjadi kota yang penduduknya mejemuk
(heterogen), yang mau tidak mau mengalami proses arabisasi, karena bahasa arab
ketika itu merupakan bahasa negera dan sekaligus bahasa agama.
Daulah ini juga mendirikan pusat
kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan nama- nama besar
seperti Hasan al-Basri, Bin Shihab al-Zuhri dan Washil bin Atha. Bidang yang
menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, fikih, dan kalam.
Penyair-penyair Arab baru
bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair Arab Jahiliyah
dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Bin Abi Rabiah (w. 719 m.), Jamil al-Udhri
(w. 701 M.), Qays Bin al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan
nama Majnun Laila, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w.
710 M.).
Waktu dinasti
ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli ; berupa filsafat dan eksakta. Dan
ilmu pengetahun berkembang dalam tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan
filsafat. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan selama pemerintahan
dinasti Umayah, antara lain kota Kairawan, Kordoba, Granda dan lain sebagainya.
Sehingga secara perlahan ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama,
Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu
al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi),
Al-Ulumul Dkhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi
: ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari
Persia dan Romawi. Kedua : Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu
yang telah ada pasa zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat,
seperti ilmu lughah, syair, khitabah dan amtsal.
Pada masa
Daulah Umayah, gerakan sastra dan seni juga sempat muncul dan berkembang, yaitu pada masa khalifah Abdul Malik, setelah
al-Hujjaj berhasil menundukkan bin Zubair di Hijaz. Di negeri itu telah muncul
generasi baru yang bergerak di bidang sastra dan seni. Pada masa itu muncul
tokoh Umar bin Abi Rabi’ah, seorang penyair yang sangat mashur, dan muncul perkumpulan penyanyi dan ahli musik, seperti Thuwais dan Bin
Suraih serta al-Gharidl.
Demikian juga,
pada masa dinasti Umayah, sudah mulai dirancang tentang undang-undang yang
bersumber dari al-Qur’an, sehingga menuntut masyarakat mempelajari tentang
tafsir al-Qur’an. Salah seorang ahli tafsir pertama dan termashur pada masa tersebut
adalah Bin Abbas. Pada waktu itu beliau telah menafsirkan al-Qur’an dengan
riwayat dan isnad, kemudian kesulitan-kesulitan dalam mengartikan al-Qur’an
dicari dalam al-hadist, yang pada gilirannya melahirkan ilmu hadist.
Pada saat
itulah kitab tentang ilmu hadist sudah mulai dikarang oleh para ulama muslim.
Beberapa ulama hadist yang terkenal pada masa itu, antara lain : Abu Bakar
Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Bin Abi
Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’i Abdurrahman
bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi.
Dalam bidang
hadist ini, Umar bin Abd Aziz secara khusus memerintahkan Bin Syihab az-Zuhri
untuk mengumpulkan hadist. Oeh karena itu,
Bin Syihab telah dianggap sanat berjasa dalam menyebarkan hadist hingga
menembus berbagai zaman. Sejak saat itulah perkembangan kitab-kitab hadist
mulai dilakukan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bani Umayah
merupakan salah satu penguasa
Islam yang cukup masyhur seperti yang penguasa-penguasa muslim yang lain.
Bahkan pada masa ini, perubahan demi perubahan dilakukan, setidaknya keberanian
Bani Umayah untuk keluar dari tradisi Arab dalam masalah pergantian
kepemimpinan serta pemindahan pusat kekuasaan dari Jazirah Arab ke Damaskus (luar
jazirah Arab) menjadi bukti sederhana tentang dinamika yang terjadi pada masa
Bani Umayah berkuasa.
Terdapat banyak kebijakan yang
diambil para khalifah Bani Umayyah. Dalam pemerintahan yang ditempuh selama 90
tahun ini banyak kebijakan diambil dan memberi pengaruh besar terhadap dinamika
kehidupan islam selanjutnya. Diantara kebijakan-kebijakan dan prestasi-prestasi
penting pada masa daulah ini adalah sebagai berikut:
1.
Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus (Syiria)
2.
Perubahan sistem pemerintahan menjadi Monarki Absolut
3.
Penguatan militer dan kebijakan ekspansi
4.
Penataan administrasi dan tata pemerintahan
5.
Pembangunan fisik yang megah
6. Gerakan penerjemahan dan arabisasi
7.
Kemajuan pengetahuan dan sastra
Menilik prestasi-prestasi tersebut,
laiknya Bani Umayah menjadi bagian penting dan menarik dalam sejarah umat Islam, yang harus terus dijadikan sebagai pengalaman sangat berharga. Hal itu
dikarenakan tidak semua yang dilakukan Bani Umayah itu
buruk,
seperti yang umumnya terekspos, tetapi juga
memiliki sisi penting yang harus ditiru oleh umat Islam. Kekuasaan Bani Umayah
yang hampir seabad lamanya dalam memimpin umat Islam, tetaplah sebuah prestasi
yang harus diapreasi secara kritis. Lebih-lebih kebijakan positif dan
prestasi tersebut bisa ditransformasikan oleh umat Islam pada zaman sekarang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://lughotudhod.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-prestasi-daulah-bani.html
Terima kasih atas pengetahuannya
ReplyDeleteizin copy makalahnya, terima kasih
ReplyDelete